Multidisipliner dan Interdisipliner Ilmu

Jumat, 07 Desember 2018

MELAWAN TATANAN ZALIM (2)

Judulnya Copy Paste dari tulisan kang Rendy Saputra.

Isinya dijamin Beda tapi nyambung. Silahkan disimak.

******




Saat bicara mengenai ekonomi tentu kita tidak bisa lepas dengan yang namanya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Lantas bagaimana kontribusi SDM kita terhadap kemajuan ekonomi negeri???

Banyak pertanyaan di benak saya mengapa begitu banyak Sarjana Teknik, akan tetapi mengapa Teknologi di negeri ini masih import???

Banyak pertanyaan di benak saya mengapa banyak Sarjana Ekonomi dan Bisnis, akan tetapi mengapa Ekonomi negeri ini tetap saja lambat pertumbuhannya???

Dahulu bisa sekolah dan kuliah itu istimewa. Sekarang semakin banyak Sarjana yang berpendidikan akan tetapi seperti sangat sedikit impactnya bagi bangsa. Mengapa ???

******

Pertanyaan-pertanyaan diatas pelan-pelan mulai terjawab. Kita ulas sejarah dulu ya. Masih sama topiknya dengan milik Kang Rendy Saputra. Saya ulas dari sudut berbeda.

VOC atau pemerintahan Hindia Belanda dahulu sangat kuat dalam memonopoli apapun. Termasuk Sumber Daya Manusia kita.

Seperti diketahui bersama, banyak tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan malah berasal dari Sekolah milik Belanda. Sukarno, Hatta, dan yang lainnya.

Setiap sekolah yang didirikan Belanda punya tujuan yang berbeda-beda. Secara umum fungsi dan sekolah itu sama, yaitu mempelajari sesuatu. Puzzle di dalam sekolah meliputi Apa yang dipelajari, Tujuan Belajar, Siapa yang belajar, dan Cara belajarnya pun bisa berbeda.

Awalnya pemerintah Belanda hanya mendirikan sekolah untuk orang Belanda saja. Sampai suatu ketika pihak Belanda kebingungan untuk mencari tenaga kerja untuk pemerintahan yang dijalankan Belanda di nusantara. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah yang bisa diberikan upah murah. Tenaga kerja yang dibutuhkan terutama sebagai Juru Tulis.

Untuk bisa menjadi pegawai di pemerintahan Hindia Belanda, seseorang haruslah bisa membaca, menulis, dan berhitung. Spesifikasi yang dibutuhkan harus mempunyai keterampilan yang lumayan dan juga teliti serta tidak banyak protes dan kritis (Agar mau dibayar murah).

Pemerintahan Hindia Belanda mendirikan sekolah untuk mendidik beberapa pribumi agar siap bekerja sebagai pegawai Belanda yang penurut dan mendukung penjajahan di bumi Nusantara. Sekarang sisa mental ini masih ada. Di kalangan masyarakat kita, belum keren kalau belum menjadi pegawai yang berseragam. Yessss. Sejarah lah yang membentuk pemahaman doktrin yang mendarah daging itu sampai sekarang.

*****

Kembali ke pertanyaan saya pada pembukaan tulisan saya ini. Mari kita jawab satu persatu.

Kita pahami dulu keadaan kita sekarang ya.

Tidak terbantahkan lagi bahwa sebenarnya banyak corporate besar di negeri ini bukan milik anak negeri. Modalnya milik asing.

Untuk mengurangi beban Gaji mahal apabila menggunakan tenaga kerja diluar Indonesia, maka corporate besar ini menuntut institusi pendidikan kita untuk memberikan output tenaga kerja mumpuni untuk menjalankan proses bisnis mereka.

Di Negeri ini sudah banyak Sarjana Teknik dan Teknokrat yang bahkan kemampuan dan keahliannya di akui Dunia. Prof. Habibie misalnya. Tapi kenapa kita ketergantungan terhadap teknologi dari luar masih kuat?. Jawabannya adalah karena para lulusan sarjana teknik ini di desain untuk bekerja di Industri. Bukan sebagai creator teknologi. Kurikulum Fakultas Teknik di desain menyiapkan tenaga kerja untuk membantu proses Bisnis di sisi teknologi nya. Dari mana saya tahu? Saya lulusan Fakultas Teknik di salah satu kampus Negeri. Sangat terasa saat Industri corporate besar itu membuka job fair maka akan diserbu para lulusan Fakultas Teknik ini. Putra putri terbaik bangsa yang capek2 belajar Engineer ini dipenjara dalam bingkai yang namanya penyerapan tenaga kerja. Posisinya pun kebanyakan hanya mentok di bottom manajemen. Memang ada yang di TOP Manajemen. Gak banyak. Ekosistem memang memaksa dan di desain seperti ini.

Inilah jawabannya kita hanya sebagai pengekspor bahan baku. Seharusnya para Engineer ini lah yang memikirkan bagaimana mengolah bahan baku menjadi barang yang memiliki Value tinggi. Memang di desain begitu para Engineer kita ini. Kalaupun di Industri pengolahan ya para Engineer ini sebagai pekerja. Industri juga milik Mereka-mereka juga. Hmhhhh. Perihhh memang.

Saya kuliah di Fakultas Teknik 2 kali, yang satunya sekarang masih semester 7 di salah satu Universitas Swasta. Doktrinnya lebih unik. Kami dijanjikan kalau lulus gampang di terima kerja. Karena Akreditasi sudah B. Yaelaaahhh ini Fakultas Teknik kok gak ngajak kita mencipta sih. Ya bukan salah kampus. Memang begini Desain TATANAN DUNIA untuk orang Indonesia.

Ini yang bikin miris, banyak sarjana lulusan Fakultas Bisnis atau Ekonomi tidak memiliki kemampuan berbisnis. Bahkan lulus gak ngerti gimana cara berbisnis. Saya urai kan bagaimana kondisi di dalam proses belajar mengajar di kelas. Kebetulan saya ini orang "gila" yang juga merupakan mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Syariah.

Seperti di tulisan Kang Rendy kalau Entrepreneurship ini adalah cara perang kita paling efektif untuk melawan VOC gaya baru.

Ini menurut pengalaman saya lho yaaa, tapi sepertinya kurang lebih sama. Karena dosen saya juga dari berbagai Universitas di Indonesia. Saya berkesimpulan kalau Materi yg disampaikan sama, ya berarti di asal Universitas dosen saya juga sama saja. Tp, bukan bermaksud men-Generalisir semua Fakultas Ekonomi dan Bisnis lho yaaa.

Saat saya ambil jurusan Manajemen Bisnis Syariah, yang ada dipikiran saya punya ekspektasi yang tinggi. Saya bukan type orang yang asal ambil jurusan. Saya sudah mempelajari kurikulum jurusan ini serta Nama-nama mata kuliahnya. Wooowww banget. Saya optimis kalau jurusan ini mencetak calon pebisnis Handal.

Kenyataannya beda, isi konten perkuliahan sangat jauh dari realitas kondisi Ekonomi dan Bisnis yang ada di luar kampus. Malah isinya semacam kita di doktrin untuk mengurus bisnis corporate besar yang sudah ada. Jelas arah kurikulum ini mengarahkan kita hanya sebagai akademisi (dosen masa depan) dan sebagai pengelola perusahaan besar yang sudah punya sistem canggih. Pola nya sama kan???. Sama sekali kita tidak diajari cara berbisnis sendiri. Padahal jurusan bisnis harusnya ya praktek bikin bisnis. Creator bisnis. Membesarkan bisnis.

Saya langsung menyadari ini, saya melayangkan kritik sistematis dan konstruktif kepada pihak fakultas. Birokrat hanya mengangguk tapi tak kunjung ada perbaikan. Dikelas saya paling lantang bicara. Sampai beberapa dosen enggan mengajar di kelas saya. Saya simpulkan memang desain awal jurusan bisnis seperti ini. Mengurus bisnis corporate besar. Punya mereka-mereka juga.

Ya wajar jumlah Entrepreneur di Indonesia ini sedikit. Memang begitu keadaannya. Beberapa dosen bicara pada saya untuk menerima saja apa yg diberikan kampus. Kalau mau cari ilmu lebih diluar saja. Saya menolak. Saya akan melawan dengan cara yang baik. Setidaknya sama seperti sultan Agung yang melawan meskipun akhirnya kalah. Tapi, setidaknya teman - teman lain jadi sadar. Kesadaran ini yang mahal.

Begitu banyak orang pintar di negeri ini tapi impactnya blm begitu kelihatan. Banyak yang menyalahkan orang pinter nya. Banyak yang menyalahkan pemerintah. Saya gak sepakat dengan ini. Sekali lagi ini memang desain. Negara ini blm ramah untuk orang pintar berkarya. Sampai ada yg bilang mending biasa saja daripada pintar tapi "minteri". Ya gak gitu juga.

Saya kasih contoh yang mudah dipahami. Di negara ini hampir semua jenjang pendidikan untuk mengukur kemampuan seseorang menggunakan ujian tulis berupa "Multiple Choice". Kita dipaksa memilih satu jawaban yang benar diantara jawaban yang sudah "Dipilihkan" oleh yang membuat soal. Secara tidak sadar cara ini juga yang akan kita pakai untuk menyelesaikan masalah. Generasi "Multiple Choice" ini susah untuk berfikir dalam hal Problem Solving. Coba saja tanya ke banyak pelajar. Mereka lebih suka dengan ujian model Multiple Choice ketimbang essay. Dari kecil sih kita dibiasakan gini. Mulai sadar yaa. Halus banget broo. Generasi Multiple Choice ini lebih banyak penurut kalau kerja di perusahaan besar. Karena jawaban setiap permasalahan sudah "dipilihkan". Tinggal milih.

Beda dengan UMKM kita harus Fight dalam menyelesaikan masalah. Ini kita tidak terbiasa sebagai generasi Multiple Choice. Di UMKM kita harus biasa menyelesaikan masalah dengan essay. Memungkinkan kita untuk mengambil keputusan sendiri dengan banyak jawaban yang sebelumnya tidak terpikirkan dan belum pernah ada.

Kok mas elga tau sih? Saya lulusan Keguruan juga dari salah Satu Universitas Negeri. Saya ini gila. Lintas bidang keilmuan. Memang sebagai guru juga susah mengukur dengan angka bila siswa menggunakan jawaban essay. Lebih mudah jawaban Multiple Choice. Berapa yang benar, berapa yang salah. Tinggal dinilai beres.

Seharusnya di Jurusan bisnis itu metode pembelajarannya menggunakan PROJECT BASE LEARNING (Pembelajaran Berbasis Proyek). Ini penelitian saya. Chek di google. Ada abstrak dan hasil penelitian nya. Mahasiswa harusnya diminta membuat proyek bisnis. Harus sering2 menghadapi masalah bisnis. Dijamin deh lulus punya bisnis masing2. Gak akan kaget dan kaku dalam bisnis.

Sekarang Jurusan bisnis masih pakai model pembelajaran ceramah di kombinasikan dengan bikin makalah dan diskusi. Yealllahhhh pantes gak bisa bisnis.

*****

Kita ini memang di desain tidak untuk Berdaya di Negeri Sendiri. Seperti kata pak Kwik Kian Gie sang mantan Menko Ekuin, dalam Indonesia Business Forum. Bahwa memang Indonesia di desain untuk dibangkrutkan. Yang di incar bahan baku sumber daya alam.

Saya usul pada Pengurus Pusat SSN harus lebih banyak kader SSN yang ada di kampus. Menyadarkan dari bawah. Atau perlu ada SAUDAGAR MUDA NUSANTARA. Sebagai Underbow SSN.
Pendidikan adalah KOENTJI.

AYOOOOOO LAWAAANNN BERSAMA.

Kita tumbangkan KAPAL VOC gaya baru ini dari bawah.

Elga Aris Prastyo,
Belajar jadi Teknokrat, Founder Workshop Electronics 3 in 1 dan Indoniaga Technology.
Belajar jadi Entrepreneur, Founder Entrepreneur Media Indonesia.
Share:

SULTAN AGUNG ADI PRABU HANYAKRAKUSUMA. (PERJUANGAN, TAHTA, DAN CINTA)


Prabu Hanyakrawati (Raja Mataram ke 2) memiliki dua istri yang masing2 Sama2 memiliki satu anak laki2. Dari istri pertama yaitu Raden Mas Martopuro dan dari istri kedua lahir Raden Mas Rangsang yang kemudian dikenal dengan Nama SULTAN AGUNG.

Prabu Hanyakrawati berjanji untuk menobatkan Raden Mas Martopuro sebagai Raja Mataram berikutnya karena merupakan anak dari permaisuri pertama. Akan tetapi Raden Mas Martopuro memiliki kelebihan lain yaitu seorang Tuna Grahita.

Prabu Hanyakrawati mengerti kondisi ini sulit baginya. Bagaimana seorang Tuna Grahita mampu menjadi Raja Mataram?.

Inilah kecerdikan sang Prabu. Beliau tau kalau nanti penerus Raja selanjutnya adalah Raden Mas Rangsang. Akan tetapi ini akan menjadi masalah besar dan menjadi konflik kalau beliau ingkar janji pada permaisuri pertama nya.

Menghindari konflik dan untuk meredam gejolak politik di dalam Keraton. Maka, saat umur Raden Mas Rangsang genap 10 Tahun. Dikirim lah sang calon raja ini ke PADEPOKAN JEJER. Sebuah PADEPOKAN kecil yang masih di wilayah Mataram.

Raden Mas Rangsang tinggal disana selama sepuluh tahun. PADEPOKAN JEJER ini di pimpin dan di asuh oleh Ki Jejer yang merupakan pelestari ajaran Sunan Kalijaga.

Kontan saja pendidikan agama islam adalah menu wajib bagi Raden Mas Rangsang. Sebagai gambaran PADEPOKAN ini saya lebih sreg menyebutnya Pondok Pesantren jika di padan kan dengan zaman sekarang. Karena mereka menyebut sesama nya dengan nama PARA SANTRI.

Raden Mas Rangsang hidup di PADEPOKAN diperlakukan sama selayaknya SANTRI lain oleh sang guru. Bahkan teman2nya tidak tau kalau Raden Mas Rangsang adalah seorang pangeran. Anak dari raja mereka. Ki Jejer mendidik tentang EGALITER dengan sangat baik.

Di PADEPOKAN selain belajar agama islam dari warisan ajaran Sunan Kalijaga, Raden Mas Rangsang juga diajari bela diri, memanah, dan berkuda oleh sang Guru.

Tepat menjelang usia 20 tahun, pengawal kerajaan datang untuk meminta Raden Mas Rangsang untuk pulang sebentar ke keraton. Hal tersebut atas permintaan Ibunya yang kangen kepada anaknya tersebut. Dari situlah baru teman2 sesama SANTRI di PADEPOKAN mengetahui kalau yang selama ini menjadi teman NGAJI mereka adalah seorang Pangeran. Calon Raja Mataram.

Salut untuk Prabu Hanyakrawati yang menitipkan putra mahkota nya ke sebuah PADEPOKAN kecil dengan ajaran islam kental dan pembelajaran ilmu yang luas. Saya berkesimpulan kalau sang Ayah ingin anaknya nanti menjadi raja yang RELIGIUS Serta memiliki WORLD COMPETENCE dan GRASSROOT UNDERSTANDING.

*

Tidak berselang lama setelah pemanggilan pertama, para pengawal istana kembali ke Padepokan dan mengabarkan kalau Prabu Hanyakrawati telah mangkat.

Sang ayah wafat ternyata akibat dari persengkokolan orang dalam istana dengan Permaisuri pertama, tujuannya untuk melanggengkan Raden Mas Martopuro agar segera naik tahta. Beruntung sekali kejahatan ini diketahui oleh sesepuh Mataram. Dihukum lah kedua nya.

Singkat cerita Raden Mas Martopuro naik tahta 1 hari, sesuai janji sang Prabu. Tapi tidak diceritakan jelas di dalam Film.

Tidak ada pilihan lain, sesepuh meminta Raden Mas Rangsang untuk menjadi Raja. Di sinilah akhlak sang calon sultan terlihat jelas. Beliau menolak. Karena merasa bukan Hak nya. Dahsyat, menolak Naik Tahta sebagai Raja.

Beliau kemudian lari dari keraton menuju Padepokan Jejer. Inilah ciri khas seorang SANTRI. Dia akan kembali ke tempat paling tenang. Pondok Pesantren nya.

Di Padepokan ternyata beliau sudah ditunggu oleh sang Guru. Ki Jejer. Sang guru memberikan Naskah Asli "Serat" Sunan Kalijaga. Saya rasa disini lah saya semakin kagum dengan kanjeng Sunan Kalijaga.

Di dalam tulisan tersebut menunjukkan akan datang golongan manusia yang disebut "MLECA" yang bersifat serakah dan akan menjajah bumi tanah jawa. Dahsyat, pengetahuan Geopolitik kanjeng Sunan luar biasa.

Di dalam "serat" itu juga kanjeng Sunan menyebutkan akan lahir KSATRIA berjiwa BRAHMANA. Raden Mas Rangsang lah orangnya.

Sekali lagi, dengan pendidikan Padepokan ber azazkan islam tentu Raden Mas Rangsang masih menolak menjadi Raja.

Beliau menyampaikan kepada sang Guru dan para orang istana ingin menjadi ULAMA. Bukan Raja.

Sang guru menjelaskan kalau Ksatria itu adalah perwujudan raja. Dan Brahmana itu adalah ilmu yg setara dengan ulama. Dan dengan perdebatan dan pertimbangan akhirnya Raden Mas Rangsang bersedia Naik Tahta.

Tentu jika kita yang di berikan jabatan raja akan sangat senang. Tp, bagi orang berilmu jabatan pemimpin adalah sebuah beban besar yang tidak sembarangan. Inilah pemimpin yang lahir dari Pondok Pesantren.

Tidak lama setelah sang Sultan naik tahta VOC datang ke Keraton Mataram untuk mengajak kerjasama. VOC membawa banyak sekali mahar emas dan harta benda untuk sang Sultan.

Di sinilah letak kebenaran "serat" sunan Kalijaga. Golongan manusia "MLECA" itu telah datang. Sang sultan menghadapinya dengan cerdik. Sang Sultan memberikan izin VOC mendirikan kantor di wilayah Mataram. Dengan syarat pajak 60% dari hasil perusahaan VOC. Wooowww. Kalau ini disetujui VOC maka mereka lah yang akan terjajah. Sungguh pemimpin yang punya daya fikir cerdas. Sang sultan tau kalau mereka tidak akan setuju.

Waktu itu utusan VOC membawa senjata api. Senjata itu di amankan oleh Sultan. Setelah utusan VOC pulang, sang sultan memberikan titah untuk menduplikat senjata api tersebut sebanyak2nya di Padepokan Jejer. Beliau memerintahkan SANTRI untuk membuatnya. Sultan tau kalau senjata itu akan dijadikan bahan perang VOC. Sultan meminta bantuan para santri dan beberapa ulama Timur tengah untuk membuat duplikat senjata. Benar2 cerdas luar biasa.

VOC waktu itu sudah menguasai Jayakarta/Batavia. Setelah semua senjata jadi dan bisa digunakan, maka sebelum Mataram di serang VOC, sultan memerintahkan untuk menyerang VOC duluan di Batavia.

"Pertahanan yang paling baik adalah MENYERANG"

Yang membuat merinding saat sang sultan mengobarkan semangat pasukannya ala bung tomo dengan teriakan "Allahu Akbar" dengan bahasa jawa. Mungkin bung Tomo terinspirasi setelah membaca sejarah Sultan Agung.

Jika bung tomo memakai Jargon "MERDEKA ATAU MATI", Sang Sultan mengobarkan Jargon "MUKTI UTOWO MATI"... Sejarah perang ini seakan terulang... Bung tomo, arek2 suroboyo, laskar santri dan Kyai melawan Sekutu ... Sang Sultan melawan Belanda....

Perang panjang terjadi, pasukan Mataram sempat bisa menerobos benteng dan menduduki benteng selama 4 bulan. Memaksa Belanda memindahkan markas kantor dagang mereka ke Pulau Onrust.

Menurut versi beberapa sejarah.
Mataram mengirim 14.000 pasukan untuk penyerangan ini. Berkekuatan 1200 Padepokan, 12.000 Prajurit Infanteri, 2.000 Prajurit Kavaleri dengan dukungan 800 Unit Meriam dari Divisi Kapal Dagang Tuban.

Belanda heran darimana Pasukan Mataram mendapatkan senjata api dan meriam. Sekali lagi bangsa kita bukan bangsa yang lemah. Belanda pun heran. Akan tetapi dari perang ini dapat diambil pelajaran bahwa senjata paling ampuh tetap Panah dan kemampuan Bela Diri individu.

Singkat cerita pasukan Mataram mundur untuk mengatur siasat. Sudah tak terhitung lagi korban jiwa dari perang ini. Logistik makanan semakin menipis.

Beberapa Tumenggung yang mengajak pulang dihukum mati. Mungkin saat itu sang Sultan memegang prinsip Syahid atau menang. Tidak ada kata mundur. Ini shock terapy buat kompeni kalau kita bukan bangsa yang lemah. Sang sultan bersikeras kalau perang ini akan menuai kemenangan bukan sekarang. Tapi, untuk anak cucu kita.

Benar saja, ratusan tahun kemudian ditangan laskar Hizbullah dan arek2 suroboyo, tentara sekutu mengalami kekalahan memalukan di Surabaya.

Ada satu lagi strategi perang yang belum saya ceritakan yang kemudian membuat sisa pasukan Mataram memutuskan pulang. Senjata kimia mungkin baru dikenal pada perang dunia pertama. Tapi, saya salah besar. Senjata kimia sudah digunakan saat perang ini.

Benteng VOC di batavia dekat dengan kali Ciliwung. Maka, dengan cerdik pasukan Mataram pimpinan adipati UKUR membuat bendungan di Hulu Sungai Ciliwung. Kemudian bendungan tersebut dimasuki bangkai hewan.

Otomatis Kali Ciliwung tercemar. Pemimpin VOC terserang Kolera karena meminum air kotor tersebut. Akhirnya pemimpin VOC yaitu Gubernur Jenderal JAN PIETERZOON COEN mati dengan penyakit Kolera tersebut. Taktik perang Kimia yang sangat cantik.

Kedekatan Mataram dengan islam sebagai ideologi perjuangannya tidak hanya sebatas itu. Penguasa Timur Tengah memberikan gelar khusus dengan mengirim utusan untuk menyampaikan Gelar kepada Sultan Agung.

Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram
Sultan Agung Senopati ing Ngalaga Abdurrahman lan Senapati ing Ngalaga Sayidin Panatagama.

*****

Pelajaran yang dapat dipetik, Saya tuliskan di komentar saja.
Biar gak bosen bacanya.

Elga Aris Prastyo,
Generasi Millenial Pecinta Sejarah.
Share:

Rabu, 12 September 2018

Gubernur Jawa Barat Terpilih dengan "INDONESIA BERKEBUN"-Nya di Masa Lalu.

"Creativity" Rekayasa "Problem Solving" Masyarakat Urban di Indonesia yang diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 60% Masyarakat Indonesia tinggal di Perkotaan.

*
Saya kemarin berjanji untuk mengulas tentang sosok RIDWAN KAMIL. Yang kemarin menjabat sebagai Walikota BANDUNG dan sekarang menjadi Gubernur Jawa Barat Terpilih pada PILKADA serentak kemarin.


Sebelum melangkah jauh membahas beliau kembali saya ingatkan. Buang dulu kedengkianmu. Saya TIDAK sedang mengulas sosok Gubernur JAWA BARAT Terpilih. Karena itu Ridwan Kamil yang sekarang. Saya mengulas sosok RIDWAN KAMIL yang dulu. Saat belum masuk Politik. Masih sebagai seorang ENGINEER (Perekayasa). Sosok hebat ENGINEER ARCHITECT. Seorang Akademisi. Seorang Dosen di ITB Bandung. Boleh di Bilang SOEKARNO zaman Now. Dari almamater yang sama. Dari sumber disiplin ilmu yang masih serumpun. CIVIL ENGINEERING.

*
Indonesia Berkebun adalah gerakan komunitas yang bergerak melalui media jejaring sosial (baik itu twitter, facebook, youtube, dll) yang bertujuan untuk menyebarkan semangat positif untuk lebih peduli kepada lingkungan dan perkotaan dengan program "urban farming", yaitu memanfaatkan lahan tidur di kawasan perkotaan yang diubah menjadi lahan pertanian/perkebunan produktif yang dilakukan oleh peran masyarakat sekitar. Dengan semangat ini sekarang Indonesia Berkebun sudah berkembang dan menularkan semangat ini di 30 kota dan 8 kampus di Indonesia (kota-kota dan kampus-kampus yang bergabung di dalam jejaring Indonesia Berkebun) dengan visi dan tujuan yang sama. Dengan gerakan positif ini, Indonesia Berkebun dianugrahkan penghargaan oleh Google Asia Pacific untuk kategori Web-Heroes pada tahun 2011, Inspiring Movement for Environment 2013 dari Nutrifood, Finalist Ashoka Changemakers 2013 dan apresiasi-apresiasi lainnya baik dari media nasional hingga internasional juga instansi-instansi lainnya.

*
Lahirnya aksi sosial komunitas ini berawal dari sekitar bulan Oktober 2010 melalui akun twitter salah seorang arsitek bernama Ridwan Kamil dan dibantu inisiasinya oleh penggiat-penggiat yang masih aktif hingga sekarang, seperti Sigit Kusumawijaya (arsitek), Achmad Marendes (wiraswasta), Shafiq Pontoh (ahli media sosial) dan co-initiator lainnya. Semangat positif ini akhirnya tumbuh membesar secara organik yang dimulai dari Jakarta dengan nama Jakarta Berkebun dan sekarang telah menyebar ke beberapa kota dan kampus di penjuru Indonesia.

Pada tanggal 20 Februari 2011, teman-teman dari Jakarta yang tergabung dalam Komunitas Jakarta Berkebun, melakukan penanaman perdana secara bersama dengan menggunakan benih kangkung di sebuah lahan di Springhill yang juga merupakan aksi pertama dan juga ditetapkan sebagai tanggal lahir Indonesia Berkebun yang berhasil diwujudkan dengan memanfaatkan ruang terbuka hijau sebagai lokasi berkebun hasil kerjasama dengan Springhill Group dan The Green Court. Pada penanaman perdana “Jakarta Bekebun di Springhill” tersebut dihadiri oleh lebih dari 150 orang dari berbagai latar belakang dan profesi, mulai dari: Board of Director Springhill, para relawan dan penggiat aktif media sosial, mahasiswa, media, karyawan hingga anak-anak sekolah.

Aksi dari penggiat-penggiat Jakarta Berkebun tersebut kemudian diikuti oleh penggiat-penggiat dari kota lain yang tergerak dan ingin melakukan aksi serupa di kotanya masing-masing. Kota-kota lain dengan cara dan media komunikasinya masing-masing juga kemudian mulai menanam atau setidaknya melakukan sosialisasi aksi lingkungan ini. Tanggal 26 Maret 2011, tim Bogor Berkebun dibantu oleh tim Jakarta Berkebun mulai menanam di kebun mereka di Cijeruk. Dengan lahan pribadi yang dimanfaatkan untuk kegiatan ini. Tanaman yang ditanam pun lebih beragam karena media dan lokasi tanam memungkinkan untuk ditanam berbagai macam tanaman seperti: padi, singkong, kangkung dan bayam. Kemudian dilanjutkan tanggal 2 April, teman-teman di kota Semarang mulai menanam perdana di sebuah lahan yang tidak terlalu besar di daerah Pekunden. Dengan semangat, mereka mulai menanam kangkung di kebun kecil tersebut. Kota Bandung juga tidak mau kalah, teman-teman disana telah melakukan Tanam Perdana di pertengahan bulan Mei 2011. Begitu pula dengan teman-teman di kota lain yang juga aktif menggerakkan warganya untuk menularkan semangat di kotanya masing-masing.

Jakarta Berkebun kemudian melakukan panen raya pertamanya pada hari Minggu tanggal 10 April 2011 di Springhill Golf Residences, Kemayoran. Tanaman yang siap untuk dipanen adalah kangkung yang ditanam secara organik. Panen raya Jakarta Berkebun di Springhill ini adalah buah dari hasil kerjasama dengan Springhill Group melalui tukang-tukang kebun yang selalu aktif merawat kebun disaat penggiat-penggiat Jakarta Berkebun bekerja sehari-hari dan juga para sukarelawan yang selalu aktif merawat kebun setiap akhir pekan, khususnya hari Minggu sore. Hasil panen raya tersebut sangat berlimpah dan dibagi kepada warga yang ikut dalam panen tersebut dan juga warga yang tinggal di sekitar kebun Jakarta Berkebun di Springhill, Kemayoran. Selain kegiatan memanen, para penggiat Indonesia Berkebun mengkreasikan acara-acara menarik untuk membuat suasana menjadi lebih menyenangkan seperti memasak hasil panen di tempat, musik, quiz dan lain-lain.

Indonesia Berkebun saat ini telah mempunyai jejaring-jejaring (networks) di beberapa kota dan kampus di seluruh penjuru Indonesia. Berkat semangat dari para (yang kami sebut dengan) “sahabat/penggiat berkebun” untuk berbagi, mereka menjadi buzzers dan influencers, baik di media sosial Twitter, Facebook maupun media sosial lainnya. Sehingga dalam kurun waktu sekitar 3 tahun hingga saat ini kegiatan Indonesia Berkebun ini telah menyebar di 30 kota dan 8 kampus di seluruh Indonesia.


*
Sepertinya pola ini akan di ikuti oleh Future Leader Rendy Saputra yang dimulai dari MBP "Bogor Berdaya" dan terus meluas Menjadi "Nusantara Berdaya".

Dari sini kita dapat mengetahui bahwa Para pemimpin seperti ANIES BASWEDAN dan RIDWAN KAMIL tidak ujug-ujug muncul menjadi pemimpin. Saham sosial mereka besar.

Pak ANIES dan Kang EMIL punya kesamaan. Sama-sama berangkat dari Akademisi Kampus. Sama-sama berangkat dari seorang Profesional. Sama-sama Punya inisiasi gerakan sehingga membentuk Komunitas. Secara Natural gerakan-gerakan bagus ini menyebar.

Saya semakin Faham kenapa presiden pertama kita Ir.Soekarno bisa menjadi pemimpin hebat. Problem Solving melalui Pergerakan dan Pemikiran. Soekarno Muda yang notabene usianya masih 20++ sudah mendirikan dan bergabung dengan PNI.

*
Kesimpulan :

Sejarah punya memberikan pelajaran pada kita. Bahwa "Leader Hebat" punya pola yang sama untuk bisa kemudian menjadi pejabat publik dan merealisasikan apa yang ada di fikirannya.

SEJARAH ITU BESAR KEMUNGKINAN TERULANG KEMBALI.

*
Elga Aris Prastyo
Hanya orang biasa.

Share jika bermanfaat.
Share: