Multidisipliner dan Interdisipliner Ilmu

Jumat, 07 Desember 2018

SULTAN AGUNG ADI PRABU HANYAKRAKUSUMA. (PERJUANGAN, TAHTA, DAN CINTA)


Prabu Hanyakrawati (Raja Mataram ke 2) memiliki dua istri yang masing2 Sama2 memiliki satu anak laki2. Dari istri pertama yaitu Raden Mas Martopuro dan dari istri kedua lahir Raden Mas Rangsang yang kemudian dikenal dengan Nama SULTAN AGUNG.

Prabu Hanyakrawati berjanji untuk menobatkan Raden Mas Martopuro sebagai Raja Mataram berikutnya karena merupakan anak dari permaisuri pertama. Akan tetapi Raden Mas Martopuro memiliki kelebihan lain yaitu seorang Tuna Grahita.

Prabu Hanyakrawati mengerti kondisi ini sulit baginya. Bagaimana seorang Tuna Grahita mampu menjadi Raja Mataram?.

Inilah kecerdikan sang Prabu. Beliau tau kalau nanti penerus Raja selanjutnya adalah Raden Mas Rangsang. Akan tetapi ini akan menjadi masalah besar dan menjadi konflik kalau beliau ingkar janji pada permaisuri pertama nya.

Menghindari konflik dan untuk meredam gejolak politik di dalam Keraton. Maka, saat umur Raden Mas Rangsang genap 10 Tahun. Dikirim lah sang calon raja ini ke PADEPOKAN JEJER. Sebuah PADEPOKAN kecil yang masih di wilayah Mataram.

Raden Mas Rangsang tinggal disana selama sepuluh tahun. PADEPOKAN JEJER ini di pimpin dan di asuh oleh Ki Jejer yang merupakan pelestari ajaran Sunan Kalijaga.

Kontan saja pendidikan agama islam adalah menu wajib bagi Raden Mas Rangsang. Sebagai gambaran PADEPOKAN ini saya lebih sreg menyebutnya Pondok Pesantren jika di padan kan dengan zaman sekarang. Karena mereka menyebut sesama nya dengan nama PARA SANTRI.

Raden Mas Rangsang hidup di PADEPOKAN diperlakukan sama selayaknya SANTRI lain oleh sang guru. Bahkan teman2nya tidak tau kalau Raden Mas Rangsang adalah seorang pangeran. Anak dari raja mereka. Ki Jejer mendidik tentang EGALITER dengan sangat baik.

Di PADEPOKAN selain belajar agama islam dari warisan ajaran Sunan Kalijaga, Raden Mas Rangsang juga diajari bela diri, memanah, dan berkuda oleh sang Guru.

Tepat menjelang usia 20 tahun, pengawal kerajaan datang untuk meminta Raden Mas Rangsang untuk pulang sebentar ke keraton. Hal tersebut atas permintaan Ibunya yang kangen kepada anaknya tersebut. Dari situlah baru teman2 sesama SANTRI di PADEPOKAN mengetahui kalau yang selama ini menjadi teman NGAJI mereka adalah seorang Pangeran. Calon Raja Mataram.

Salut untuk Prabu Hanyakrawati yang menitipkan putra mahkota nya ke sebuah PADEPOKAN kecil dengan ajaran islam kental dan pembelajaran ilmu yang luas. Saya berkesimpulan kalau sang Ayah ingin anaknya nanti menjadi raja yang RELIGIUS Serta memiliki WORLD COMPETENCE dan GRASSROOT UNDERSTANDING.

*

Tidak berselang lama setelah pemanggilan pertama, para pengawal istana kembali ke Padepokan dan mengabarkan kalau Prabu Hanyakrawati telah mangkat.

Sang ayah wafat ternyata akibat dari persengkokolan orang dalam istana dengan Permaisuri pertama, tujuannya untuk melanggengkan Raden Mas Martopuro agar segera naik tahta. Beruntung sekali kejahatan ini diketahui oleh sesepuh Mataram. Dihukum lah kedua nya.

Singkat cerita Raden Mas Martopuro naik tahta 1 hari, sesuai janji sang Prabu. Tapi tidak diceritakan jelas di dalam Film.

Tidak ada pilihan lain, sesepuh meminta Raden Mas Rangsang untuk menjadi Raja. Di sinilah akhlak sang calon sultan terlihat jelas. Beliau menolak. Karena merasa bukan Hak nya. Dahsyat, menolak Naik Tahta sebagai Raja.

Beliau kemudian lari dari keraton menuju Padepokan Jejer. Inilah ciri khas seorang SANTRI. Dia akan kembali ke tempat paling tenang. Pondok Pesantren nya.

Di Padepokan ternyata beliau sudah ditunggu oleh sang Guru. Ki Jejer. Sang guru memberikan Naskah Asli "Serat" Sunan Kalijaga. Saya rasa disini lah saya semakin kagum dengan kanjeng Sunan Kalijaga.

Di dalam tulisan tersebut menunjukkan akan datang golongan manusia yang disebut "MLECA" yang bersifat serakah dan akan menjajah bumi tanah jawa. Dahsyat, pengetahuan Geopolitik kanjeng Sunan luar biasa.

Di dalam "serat" itu juga kanjeng Sunan menyebutkan akan lahir KSATRIA berjiwa BRAHMANA. Raden Mas Rangsang lah orangnya.

Sekali lagi, dengan pendidikan Padepokan ber azazkan islam tentu Raden Mas Rangsang masih menolak menjadi Raja.

Beliau menyampaikan kepada sang Guru dan para orang istana ingin menjadi ULAMA. Bukan Raja.

Sang guru menjelaskan kalau Ksatria itu adalah perwujudan raja. Dan Brahmana itu adalah ilmu yg setara dengan ulama. Dan dengan perdebatan dan pertimbangan akhirnya Raden Mas Rangsang bersedia Naik Tahta.

Tentu jika kita yang di berikan jabatan raja akan sangat senang. Tp, bagi orang berilmu jabatan pemimpin adalah sebuah beban besar yang tidak sembarangan. Inilah pemimpin yang lahir dari Pondok Pesantren.

Tidak lama setelah sang Sultan naik tahta VOC datang ke Keraton Mataram untuk mengajak kerjasama. VOC membawa banyak sekali mahar emas dan harta benda untuk sang Sultan.

Di sinilah letak kebenaran "serat" sunan Kalijaga. Golongan manusia "MLECA" itu telah datang. Sang sultan menghadapinya dengan cerdik. Sang Sultan memberikan izin VOC mendirikan kantor di wilayah Mataram. Dengan syarat pajak 60% dari hasil perusahaan VOC. Wooowww. Kalau ini disetujui VOC maka mereka lah yang akan terjajah. Sungguh pemimpin yang punya daya fikir cerdas. Sang sultan tau kalau mereka tidak akan setuju.

Waktu itu utusan VOC membawa senjata api. Senjata itu di amankan oleh Sultan. Setelah utusan VOC pulang, sang sultan memberikan titah untuk menduplikat senjata api tersebut sebanyak2nya di Padepokan Jejer. Beliau memerintahkan SANTRI untuk membuatnya. Sultan tau kalau senjata itu akan dijadikan bahan perang VOC. Sultan meminta bantuan para santri dan beberapa ulama Timur tengah untuk membuat duplikat senjata. Benar2 cerdas luar biasa.

VOC waktu itu sudah menguasai Jayakarta/Batavia. Setelah semua senjata jadi dan bisa digunakan, maka sebelum Mataram di serang VOC, sultan memerintahkan untuk menyerang VOC duluan di Batavia.

"Pertahanan yang paling baik adalah MENYERANG"

Yang membuat merinding saat sang sultan mengobarkan semangat pasukannya ala bung tomo dengan teriakan "Allahu Akbar" dengan bahasa jawa. Mungkin bung Tomo terinspirasi setelah membaca sejarah Sultan Agung.

Jika bung tomo memakai Jargon "MERDEKA ATAU MATI", Sang Sultan mengobarkan Jargon "MUKTI UTOWO MATI"... Sejarah perang ini seakan terulang... Bung tomo, arek2 suroboyo, laskar santri dan Kyai melawan Sekutu ... Sang Sultan melawan Belanda....

Perang panjang terjadi, pasukan Mataram sempat bisa menerobos benteng dan menduduki benteng selama 4 bulan. Memaksa Belanda memindahkan markas kantor dagang mereka ke Pulau Onrust.

Menurut versi beberapa sejarah.
Mataram mengirim 14.000 pasukan untuk penyerangan ini. Berkekuatan 1200 Padepokan, 12.000 Prajurit Infanteri, 2.000 Prajurit Kavaleri dengan dukungan 800 Unit Meriam dari Divisi Kapal Dagang Tuban.

Belanda heran darimana Pasukan Mataram mendapatkan senjata api dan meriam. Sekali lagi bangsa kita bukan bangsa yang lemah. Belanda pun heran. Akan tetapi dari perang ini dapat diambil pelajaran bahwa senjata paling ampuh tetap Panah dan kemampuan Bela Diri individu.

Singkat cerita pasukan Mataram mundur untuk mengatur siasat. Sudah tak terhitung lagi korban jiwa dari perang ini. Logistik makanan semakin menipis.

Beberapa Tumenggung yang mengajak pulang dihukum mati. Mungkin saat itu sang Sultan memegang prinsip Syahid atau menang. Tidak ada kata mundur. Ini shock terapy buat kompeni kalau kita bukan bangsa yang lemah. Sang sultan bersikeras kalau perang ini akan menuai kemenangan bukan sekarang. Tapi, untuk anak cucu kita.

Benar saja, ratusan tahun kemudian ditangan laskar Hizbullah dan arek2 suroboyo, tentara sekutu mengalami kekalahan memalukan di Surabaya.

Ada satu lagi strategi perang yang belum saya ceritakan yang kemudian membuat sisa pasukan Mataram memutuskan pulang. Senjata kimia mungkin baru dikenal pada perang dunia pertama. Tapi, saya salah besar. Senjata kimia sudah digunakan saat perang ini.

Benteng VOC di batavia dekat dengan kali Ciliwung. Maka, dengan cerdik pasukan Mataram pimpinan adipati UKUR membuat bendungan di Hulu Sungai Ciliwung. Kemudian bendungan tersebut dimasuki bangkai hewan.

Otomatis Kali Ciliwung tercemar. Pemimpin VOC terserang Kolera karena meminum air kotor tersebut. Akhirnya pemimpin VOC yaitu Gubernur Jenderal JAN PIETERZOON COEN mati dengan penyakit Kolera tersebut. Taktik perang Kimia yang sangat cantik.

Kedekatan Mataram dengan islam sebagai ideologi perjuangannya tidak hanya sebatas itu. Penguasa Timur Tengah memberikan gelar khusus dengan mengirim utusan untuk menyampaikan Gelar kepada Sultan Agung.

Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram
Sultan Agung Senopati ing Ngalaga Abdurrahman lan Senapati ing Ngalaga Sayidin Panatagama.

*****

Pelajaran yang dapat dipetik, Saya tuliskan di komentar saja.
Biar gak bosen bacanya.

Elga Aris Prastyo,
Generasi Millenial Pecinta Sejarah.
Share:

0 comments:

Posting Komentar